LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EFUSI PLEURA
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. DEFINISI
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi. Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura : Cairan serusa (hidrothorax),Darah (hemothotaks),Chyle (chylothoraks), dan Nanah (pyothoraks atau empyema).
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
2. EPIDEMIOLOGI
Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, salah satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi tuberkolosis. Bila di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika efusi pleura menyerang 1,3 juta org/th. Di Indonesia TB Paru adalah peyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3 efusi pleura maligna mengenai wanita. Efusi pleura yang disebabkan karena TB lebih banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan berdasarkan penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura.
3. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru). Bisa terjadi 3 jenis efusi yang berbeda:
1) Efusi Transudat dapat disebabkan oleh biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru. Seperti kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.
2) Efusi Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia, tumor, infark paru, radiasi, penyakit kolagen. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
3) Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, tuberkulosis.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
v Gagal jantung
v Kadar protein darah yang rendah
v Sirosis
v Pneumonia
v Blastomikosis
v Koksidioidomikosis
v Tuberkulosis
v Histoplasmosis
v Kriptokokosis
v Abses dibawah diafragma
v Artritis rematoid
v Pankreatitis
v Emboli paru
v Tumor
v Lupus eritematosus sistemik
v Pembedahan jantung
v Cedera di dadA
v Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
v Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
Ada berbagai keganasan yang dapat menimbulkan efusi pleura, namun pada umumnya disebabkan oleh metastasis tumor ganas dari bagian tubuh yang lain; karena keganasan primer pleura sendiri, yaitu mesotelioma pleura sangat jarang ditemukan. Keganasan yang paling sering mengakibatkan efusi pleura adalah karsinoma paru, baik berupa karsinoma epidermoid, karsinoma sel kecil, adenokarsinoma, maupun karsinoma sel besar. Jenis kanker paru yang paling banyak menimbulkan efusi pleura adalah adenokarsinoma, karena keganasan ini biasanya terletak di daerah perifer paru. Limfoma dan keganasan lain pada kelenjar limfe di daerah hilus pare dan mediastinum juga dapat menyebabkan efusi pleura.
Berdasarkan sumber lain, penyebab efusi pleural yaitu:
- Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
- Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
Ø Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
Ø Penurunan tekanan osmotic koloid darah
Ø Peningkatan tekanan negative intrapleural
Ø Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
4. PATOFISIOLOGI
Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parietalis.
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, hal ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung).
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila:
1. Tekanan osmotik koloid menurun dalam darah pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma
2. Terjadi peningkatan:
• Permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma)
• Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung/ vena pulmonalis (kegagalan jantung kiri)
• Tekanan negatif intra pleura (atelektasis)
(Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).
Efusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3) menurunnya tekanan osmotik koloid plasma yang menyebabkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).
Efusi pleura dapat berupa eksudat dan transudat. Transudat terjadi pada peningkatan penekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung kongestif. Pada kasus ini, keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh. Penimbunan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan nama hidrotoraks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat daya gravitasi. Penimbunan eksudat timbul sebagai akibat sekunder dari peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabelitas kapiler/ gangguan absorbsi getah bening. Eksudat dibedakan dengan transudat. Dari kadar protein yang dikandung dan dari berat jenisnya. Transudat memiliki berat jenis kurang dari 1.015 dan kadar proteinnya kurang dari 3% , sedangkan eksudat mempunyai berat jenis dan kadar protein lebih tinggi karena banyak mengandung sel.
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya. Akan tetapi efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit berikut: Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.
Berdasarkan jenis cairannya dibedakan menjadi:
a. Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada.
Penyebab lainnya adalah:
Penyebab lainnya adalah:
· pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
· kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
Gangguan pembekuan darah.
Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.
Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.
b. Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura.
Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
v Pneumonia
v Infeksi pada cedera di dada
v Pembedahan dada
v Pecahnya kerongkongan
v Abses di perut.
c. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor.
6. GEJALA KLINIS
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: batuk,cegukan,pernafasan yang cepat,dan nyeri perut. Sekitar 25% penderita efusi pleura keganasan tidak mengalami keluhan apapun pada saat diagnosis ditegakkan.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: batuk,cegukan,pernafasan yang cepat,dan nyeri perut. Sekitar 25% penderita efusi pleura keganasan tidak mengalami keluhan apapun pada saat diagnosis ditegakkan.
Gejala lainnya:
v Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
v Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
v Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
Gejala klinis dari efusi pleura biasanya disebabkan oleh penyakit dasar pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis. Sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Efusi pleura yang dibahas akan menyebabkan sesak nafas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi nafas minimal atau tidak sama sekali mengahsilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Bila terdapat efusi pleura kecil sampai sedang, dispnea mungkin saja tidak terjadi.
7. PEMERIKSAAN FISIK
v Inspeksi : pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Pernapasannya biasanya dyspneu.
v Palpasi : Fremitus tokal menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
v Perkusi : Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
v Auskultasi : Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)
v Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
v Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
v Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
v Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
Rontgen dada : Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
CT scan dada: CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
USG dada: USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosentesis : Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi:Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.Biopsi pleura perlu dipikirkan setelah hasil pemeriksaan sitologik ternyata negatif. Diagnosis keganasan dapat ditegakkan dengan biopsi pleura tertutup pada 3060% penderita. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa biopsi yang dilakukan berulang (dua sampai empat kali) dapat meningkatkan diagnosis sebesar 24%. Biopsi pleura dapat dilakukan dengan jarum.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.Biopsi pleura perlu dipikirkan setelah hasil pemeriksaan sitologik ternyata negatif. Diagnosis keganasan dapat ditegakkan dengan biopsi pleura tertutup pada 3060% penderita. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa biopsi yang dilakukan berulang (dua sampai empat kali) dapat meningkatkan diagnosis sebesar 24%. Biopsi pleura dapat dilakukan dengan jarum.
Analisa cairan pleura : Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.
Bronkoskopi : Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:
1. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan glucose
2. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri
3. Pemeriksaan hitung sel
4. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
Ø Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan diagnosis efusi pleura, meskipun tidak berguna dalam menentukan faktor penyebabnya. Pada foto toraks terlihat perselubungan homogen dengan batas atas yang cekung atau datar, dan sudut kostofrenikus yang tumpul; cairan dengan jumlah yang sedikit hanya akan memberikan gambaran berupa penumpulan sudut kostofrenikus. Cairan berjumlah kurang dari 100 ml tidak akan terlihat pada foto toraks yang dibuat dengan teknik biasa. Bayangan homogen baru dapat terlihat jelas apabila cairan efusi lebih dari 300 ml. Apabila cairan tidak tampak pada foto postero-anterior (PA), maka dapat dibuat foto pada posisi dekubitus lateral.
10. THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
Efusi karena gagal jantung penatalaksanaannya:
1. Diuretik
2. Torakosentesis diagnostik bila:
a. Efusi unilateral
b. Efusi menetap dengan terapi diuretic
c. Efusi bilateral, ketinggian cairan berbeda bermakna
d. Efusi+febris
e. Efusi+nyeri dada pleuritik
Efusi pleura karena pleuritis tuberculosis pengobatannya:
Obat anti tuberkulosis(minimal 9 bulan)+ kortikosteroid dosis 0,75-1mg/kg BB/ Hari selama 2-3 minggu, setelah ada respons diturunkan bertahap+ torakosentesis terapeutik, bila sesak atau efusi>tinggi dari sela iga,
Obat anti tuberkulosis(minimal 9 bulan)+ kortikosteroid dosis 0,75-1mg/kg BB/ Hari selama 2-3 minggu, setelah ada respons diturunkan bertahap+ torakosentesis terapeutik, bila sesak atau efusi>tinggi dari sela iga,
Efusi pleura keganasan
Penanganan efusi pleura keganasan hampir selalu bersifat paliatif dengan tujuan untuk mengurangi gejala-gejala dan mencegah pembentukan cairan pleura. Pengobatan terhadap kanker primer dapat diberikan apabila diketahui lokasinya serta terdapat pengobatan untuk tumor tersebut. Penanganan paliatif pada efusi pleura keganasan dapat berupa aspirasi cairan, pleurodesis, dan pembedahan.
Aspirasi Cairan Pleura
Cairan pleura dapat dikeluarkan dengan jalan aspirasi secara berulang atau dengan pemasangan selang toraks yang dihubungkan dengan Water Seal Drainage (WSD). Cairan yang dikeluarkan pada setiap kali pengambilan sebaiknya tidak lebih dari 1000 ml untuk mencegah terjadinya edema paru akibat pengembangan paru secara mendadak.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokalisasi terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab efusi pleura seperti kanker paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
e. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien. Pasien dengan efusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan efusi pleura keadaan umumnya lemah.
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
6) Pola hubungan dan peran
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
10) Pola penanggulangan stress
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.
2) Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
Fremitus tokal menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79).
h. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium
1. Pemeriksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
2. Biopsi Pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura) (Soeparman, 1990, 788).
i. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :
a. Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat Eksudat
Kadar protein dalam effusi 9/dl < 3 > 3
Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5
Kadar protein dalam serum
Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200
Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016
Rivalta Negatif Positif
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura :
- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma
- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
b. Analisa cairan pleura
- Transudat : jernih, kekuningan
- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan
- Hilothorax : putih seperti susu
- Empiema : kental dan keruh
- Empiema anaerob : berbau busuk
- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah
c. Perhitungan sel dan sitologi
Leukosit 25.000 (mm3):empiema
Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru
Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.
Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur
Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan tampak kemorogis, sering dijumpai pada pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan infark paru, trauma dada dan keganasan.
Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa disingkirkan.
Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)
d. Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).
Analisa Data
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan dianalisa sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada penderita effusi pleura. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan efusi pleura antara lain :
Diagnosa keperawatan pre-op
1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan membran alveolar-kapiler.
3. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura.
4. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh secara mendadak ditandai dengan demam.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelelahan/kelemahan.
7. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan
8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, patofisiologis efusi pleural, aturan pengobatan sehubungan dengan kurang terpajang informasi.
Diagnosa keperawatan post-op
1. Nyeri berhubungan dengan faktor-fakor fisik (pemasangan water seat drainase (WSD))
2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.
3. Ansietas berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.
3. PERENCANAAN
Menyusun prioritas :
Diagnosa keperawatan pre-op
1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan membran alveolar-kapiler.
3. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura.
4. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh secara mendadak ditandai dengan demam.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelelahan/kelemahan.
Diagnosa keperawatan post-op
1. Nyeri berhubungan dengan faktor-fakor fisik (pemasangan water seat drainase (WSD))
2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.
3. Ansietas berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.(Budianna Keliat, 1994, 16)
Pre-op
1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil :
· Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal.
· Pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan.
· Bunyi nafas terdengar jelas.
Intervensi :
a. Identifikasi faktor penyebab.
Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis effusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.
b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi.
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.
Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.
d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).
Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.
e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru.
f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.
g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.
Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan membran alveolar- kapiler.
Tujuan :
Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pertukaran gas dalam alveoli adekuat.
Kriteria hasil:
- Akral hangat
- Tidak ada tanda sianosis
- Tidak ada hipoksia jaringan
- Saturasi oksigen perifer 90%
- Tidak ada gejala disstres pernafasan
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.
Rasional :
Manifestasi distress pernafasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
b. Awasi frekuensi jantung/irama
Rasional :
Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam tetapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia.
c. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, cacat adanya sianosis ferifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral).
Rasional :
Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau rsepon tubuh terhadap demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membrane mukosa, dan kulit sekitar mulut (membrane hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.
d. Kaji status mental
Rasional :
Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen dapat menunjukkan hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.
e. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan menggigil.
Rasional :
Demam tinggi (umumnya pada pneumonia bacterial dan influenza) sangat meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen dan menggagu oksigenasi metabolic.
f. Observasi penyimpangan kondisi, cacat hipotensi, banyaknya jumlah sputum merah muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadran, dipsnea berat, gelisah.
Rasional :
Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan membutuhkan intervensi medic segera.
Kolaborasi
a. Berikan terapi oksigen dengan benar.
Rasional :
Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
b. Awasi Analisa Gas Darah, nadi oksimetri.
Rasional :
Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.
3. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura.
Tujuan :
Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
dada klien hilang.
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang , hilang, atau dapat dikontrol serta tampak
rileks.
Intervensi :
a. Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada
tersebut
Rasional :
Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.
b. Bantu klien melakukan tehnik relaksasi
Rasional :
Membantu mengurangi rasa nyeri.
c. Berikan analgetik sesuai indikasi
Rasional :
Untuk mengurangi/menghilangkan rasa nyeri.
4. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh secara mendadak
ditandai dengan demam.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil :
Hipertermi/peningkatan suhu tubuh dapat teratasi dengan proses infeksi hilang.
Intervensi :
Mandiri
a. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional :
Dengan mengobservasi tanda-tanda vital klien perawat dapat mengetahui keadaan umum klien, serta dapat memantau suhu tubuh klien.
b. Pemberian kompres hangat pada pasien
Rasional :
Dengan pemberian kompres hangat dapat menurunkan demam pasieen.
c. Berikan minum per oral
Rasional :
Klien dengan hipertermi akan memproduksi keringat yang berlebih yang dapat mengakibatkan tubuh kehilangan cairan yang banyak, sehingga dengan memberikan minum peroral dapat menggantikan cairan yang hilang serta menurunkan suhu tubuh.
d. Ganti pakaian yang basah oleh keringat
Rasional :
Klien dengan hipertermi akan mengalami produksi keringat yang berlebihan sehingga menyebabkan pakaian basah. Pakaian basah diganti untuk mencegah pasien kedinginan dan untuk menjaga kebersihan serta mencegah perkembangan jamur dan bakteri.
Kolaborasi :
a. Berikan obat penurun panas, misalnya antipiretik.
Rasional :
Obat tersebut digunakan untuk menurunkan demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
b. Berikan selimut pendingin
Rasional :
Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5-400C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada otak.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Menunjukkan peningkatan berat badan.
Intervensi :
a. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional:
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan,
dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
b. Hindari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat
Rasional :
Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan
gerakan disfragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
c. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
Rasional :
Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan
kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
d. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.
Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
e. Auskultasi suara bising usus.
Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan.
f. Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelelahan/kelemahan.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitas dengan baik
Kriteria hasil :
· Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dipsnea dan kelemahan berlebihan
· Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi :
a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Catat laporan dipsnea, peningkatan kelemahan/ kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan sesudah aktivitas.
Rasional :
Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong pengguanaa manajemen stress dan pengalih yang tepat.
Rasional :
Menentukan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional :
Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan.
d. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istiraha dan/ tidur.
Rasional :
Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja dan bantal.
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional :
Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.
Post-op
1. Nyeri berhubungan dengan faktor-fakor fisik (pemasangan water seat drainase
(WSD)
Tujuan :
Setelah diberi askep 3 x 24 jam diharapkan nyeri hilang .
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang , hilang, atau dapat dikontrol serta tampak rileks dan tidur/istirahat dengan baik.
Intervensi :
a. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya terus-
menerus,sakit, menusuk, terbakar. Buat rentang ibtensitas pada skala 0-10.
Rasional :
Membantu dalam evaluasi gejala nyeri. Penggunan skala nyeri dapat membantu
pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi
keefektifan analdesik, meningkatkan control nyeri.
b. Kaji pernyataan verbal dan nonverbal nyeri pasien.
Rasional:
Kesesuaian antara petunjuk verbal/nonverbal dapat memberikan petunjuk
derajat nyeri.
c. Evaluasi keefektifan pemberian obat. Dorong pemakaian obat dengan benar
untuk mengontrol nyeri;ganti obat atau waktu sesuai ketepatan.
Rasional :
Persepsi nyeri dan hilangnya nyeri adalah subjektif dan pengontrolan nyeri
yang terbaik merupakan keleluasaan pasien. Boila pasien tidak mampu
memberi masukan, perawat harus mengobservasi tanda fisiologis dan
psikologis nyeri dan memberilan obat berdasarkan aturan.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.
Tujuan :
Setelah diberi askep 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi/ adanya gejala –gejala infeksi.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi infeksi.
Intervensi :
a. Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi
Rasional :
Manghindari infeksi
b.Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional :
Mencegah infeksi nosokomial saat pemasangan WSD
3. Ansietas berhubungan dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.
Tujuan:
Setelah diberi askep 2 x 24 jam diharapkan pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil :
Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi dengan
keadaannya.
Intervensi :
a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasienJelaskan mengenai
penyakit dan diagnosanya.
Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak kerjasama dalam perawatan.
b. Bantu dalam menggala sumber koping yang ada.
Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktifsangat bermanfaat dalam mengatasi stress.
c. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.
Rasional : Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik
d. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.
Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.
e. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.
Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu dapat diketahui.
4. EVALUASI
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).
Pre-op
1. Tercapainya ketidakefektifan pola pernafasan (pola nafas normal), tidak adanya penumpukkan cairan dalam rongga pleura, sianosis tidak ada dan tidak ada gejala hipoksia dan tidak adanya sesak.
2. Tercapai ventilasi yang adekuat dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak adanya gejala disstres pernapasan.
3. Tidak adanya nyeri.
4. Hipertermi dapat teratasi, demam tidak ada.
5. Kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
6. Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas, mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi, dapat melakukan aktivitas dengan baik, tak adanya dipsnea dan kelemahan berlebihan.
Post-op
1. Tidak adanya nyeri.
2. Infeksi tidak terjadi
3. Ansietas dapat teratasi, tidak gelisah.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta.
EGC. 1995.
Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC,
1997.
57 komentar:
The nice Post, and Best Author
Obat Difteri
From Nothing For Some Thing
Nice and Good Best and Greet
Shalat Qadha dan Kewajibannya dan yang baik Bendera Merah Putih adalah Bendera Nabi dan menarik kembali Kepada Al-Qur'an dan Sunnah dengan sanad Ulama
Verry Good and Best..
Good best and Verry Nice
Pengobatan Penyakit Campak Anak nice Dimanakah Orang Tua Nabi Muhammad S.A.W.? and good Cara Mengobati Penyakit Insomnia Secara
Best Author and Nice Post Article
The article was so nice and very rewarding once thanks to share
Manfaat Sambiloto Untuk Penderita Penyakit Sinusitis
Makanan Yang Baik Bagi Penderita Susah Buang Air Besar
Cara Ampuh Mengatasi Kelebihan Sel Darah Putih Secara Alami
Pengobatan Alami Untuk Sembuhkan Hidrosefalus
Cara Ampuh Menyembuhkan Radang Usus Secara Alami
Best and Good
Cara Mengobati Gondokan Nice Obat Hidrokel Anak Hidrokel Bermanfaat Cara Mengobati Penyakit Tipes Good Cara Mengatasi Buang Air Besar Best Obat penyakit Maag Pada Anak
Nice and Best Progres
Thank you for the information gan, may be useful for all of us.
Greetings from us:
Links We wish Beneficial For Information About Health.
Pengobatan Tradisional Jantung Koroner
Pengobatan Tradisional Wasir Tanpa Operasi
Obat Tradisional Sakit Kepala Sebelah akibat Migrain Ampuh 100% Alami
Bercinta Bisa Jadi Obat Sakit Kepala Akibat Migrain
Cara Mengatasi Sakit kepala sebelah pada wanita hamil dan menyusui
Penyebab Dan Ciri Ciri sakit Kepala Sebelah akibat Migren
We Wait Further Information gan ....
Sangat luar biasa dan bermanfaat
Cara Mengobati Panas Pada Anak Sesuai Saran Dokter
Sangat bermanfaat dan luar biasa
Sangat bermanfaat dan baik
Cara Mengobati Penyakit Obesitas Nice Hukum Menyolati Orang yang mati Best Apakah saya wahabi.? Good Apakah Syi'ah itu Islam.?
Sangat baik dan benar
Sangat bermanfaat dan baik
Obat Tradisional Tulang Retak Pada Anak Nice and Best Haruslah Kita Bermadzhab
Sangat baik dan benar
Sangat luar biasa dan bermanfaat
Obat TBC Pada Anak
Sangat bermanfaat dan luar biasa
Good afternoon hopefully can provide information that is more interesting.
Ahlinya Obat Hernia
Cara Mengobati Nafas Berbunyi Pada Anak
Obat PengapuranTulang Pinggang
Cara Alami Mengobati Radang Paru-Paru Ampuh
Obat Penyakit Ayan Secara Alami
obat herbal hipertiroid
obat tradisional tuba falopi tersumbat
obat kista ginjal ampuh
Incredible information, I am happy to be able to read and visit your blog. Greetings from me.
Agen Resmi Jelly Gamat QnC kabupaten tolitoli
Agen Resmi Jelly Gamat QnC Kota Kendari Sulawesi Tenggara
Agen Resmi Jelly Gamat Qnc Kabupaten Kolaka
Agen Resmi Jelly Gamat Qnc Kabupaten Konawe
This is a very wonderful page happy to visit your page I found your page from google
Obat Penyempitan Pembuluh Darah
Obat Sesak Nafas
Obat Jantung Berdebar
Obat Usus Buntu
The article you create a very attractive and its contents neatly,
Cara Ampuh Mengobati Penyakit Gondok Tanpa Operasi Yang Alami
Salam hormat,
Cara Mengatasi cacingan Pada Anak
Obat Penyakit Campak Untuk Anak
Cara Mengobati Sumeng Pada Anak
Download Lagu Thomas Arya Feat-Pitaloka Satu Hati
Nice, Sangat bermanfaat dan sangat luar biasa. Terima Kasih atas informasi dan jangan lupa kunjungi pula Cara Mengatasi Buah Zakar Sebelah
Terimakasih atas informasi yang telah disa,paikan Pengobatan Alternatif Infeksi Saluran Kencing pada Anakjangan lupa pastikan bahwa anda juga mencari Cara Mengatasi Mata Belekan dan Berair pada Anakuntuk anak anda dan juga Obat untuk Mengatasi Perut Kembung pada Anak yang Amanyang sudah banyak testimoni. juga dengan Penanganan Hidrokel Paling Mujarabyang terbukti ampuh dan jangan lupa lihat Cara Herbal dan Aman Mengobati Sinusitis Tanpa Obat semoga bermanfaat
Thanks
An article that made me so impressed reading it, thank you very much for presenting it.
Obat Herbal Ambeien
Cara Mengobati Pengapuran Tulang Telapak Kaki Secara Alami
Obat Tradisional Untuk Sembuhkan Kanker Prostat
Cara Alami Mengobati Penyakit Jantung Koroner
Pengobatan Tradisional Sembuhkan Gangguan Pernafasan Yang Ampuh
Great article, very happy to be able to read it and very useful. Thank you very much for the explanation.
G-Sea Jelly Gamat Emas Rasa Jeruk
Gama Arafat Gamat Emas Kapsul
Obat Paru Paru Basah (Pneumonia) Yang Alami & Ampuh
Every day the website is always providing the latest information thanks a lot.
Bahayakah Kista Payudara Itu ?
Nama Obat Mononukleosis (Demam Kelenjar)
Cara Mengobati Mata Kering Secara Alami
Ciri Atau Gejala Penyakit Usus Buntu
Obat Herbal Nyeri Haid Paling Mujarab
The information you share is helpful, if you can fix it again for better. Continued success gan!!
Cara Mengobati Tulang Belakang Terasa Sakit Saat Bangun Tidur
Judul Artikel
Obat Iritasi Kulit Selangkangan terbaik
Obat Iritasi Kulit Selangkangan Paling Ampuh
Cara Mengatasi kulit gatal-gatal merah
Obat Herbal QnC Jelly Gamat Asli Tasikmalaya
Information is very useful and can add insight, happy to be on your page, thanks to the information you shared. This is very useful. Good luck always!!
Cara Mengatasi Kurap Di Kulit Kepala
Cara Menyembuhkan Kurap Di Kulit Kepala
Cara Alami Menyembuhkan GERD Dengan Cepat dan Aman
Good Idea this blog is verry nice, Thanks for information and good Site and The best Author
Obat Hernia Anak
Obat Hidrokel Anak
Cara Menyembuhkan Hidrokel
Baja Ringan Tangerang
Penjual Baja Ringan di Tangerang
Mengenali penyebab Jantung bengkak
Cerpen Pagi Kita Tetap Sama
Esai Mereka Bukan Musuh Kita
This article you share is very helpful to me, I am happy to read this article. If you can fix it again for better. thanks to the information you shared. Good luck always!!
Obat Benjolan Di Langit Langit Mulut Herbal Terbaik
Cara Menyembuhkan Gondongan Dengan Obat Herbal Paling Ampuh
Obat Gagal Ginjal Kronis Herbal terbaik Tanpa Cuci Darah
Obat Herbal Batu Ginjal Terbukti Paling Ampuh
Sites like these I'm looking for
Thanks for the information, in tunggua keep the latest news
obat untuk infeksi paru paru
obat untuk keputihan pada wanita
ahlinya untuk obat herbal
Websites are very nice, thank you for preparing all of this.
Obat Hipertensi Alami Paling Ampuh
Obat Tradisional Asma
Cara Alami Mengobati Thalasemia Tanpa Transfusi Darah
Obat Herbal Mengatasi Darah Rendah
Cara Mengobati Pengapuran Tulang Telapak Kaki Secara Alami
may be useful
Benjolan Di Belakang Leher Terasa Sakit
Efek Asam Lambung Terhadap Jantung
Ciri-Ciri Kanker Vulva
Makanan Untuk Penderita Kanker Usus
Sinusitis Pada Anak 3 Tahun
Walatra Zedoril 7
Ramuan Obat Kelenjar Tiroid
Cara Menghilangkan Miom Di Rahim
Best Help Full, Nice and Thanks for help full me..
Akad Kafalah
Tugas dan Fungsi RW
Traditional Market and Online Shop
Perbedaan Tradisional Market dan Online Shop
Akad Wadi'ah
This is really amazing, an article that gives motivation to all and truly useful. thank you, do not forget to visit also yes :-)\
Obat Gastritis Tradisional
Cara Ampuh Mengobati Gastritis Secara Alami
Obat Gastroenteritis Tradisional
Pantangan Makanan Penderita Gagal Ginjal
Agen Resmi QnC Jelly Gamat Bandung
Very useful information, Many lessons and lessons we can take from this article that you created this.
Obat Tiroid
Obat Plantar Fasciitis
Cara Alami Menghilangkan Flek Paru Paru
Cara Mengatasi Gatal Pada Daerah Kewanitaan
Cara Alami Mengatasi Insomnia Pada Anak Remaja
This is the information I've been looking for, thank you for presenting it.
Ciri Ciri Radang Lambung
Obat Alami Untuk Radang Payudara
Cara Mengobati Bronkitis Kronis Secara Alami
Obat Herbal Untuk Mengatasi Gula Darah
Askepnya sangat lengkap, bisa kami jadikan referesni kami guna menyajikan artikel kesehatan yang kredibel senang berkunjung dan menyimak halaman anda,
Pencegahan Kanker Serviks
Bahaya Keputihan
activity, highly awaited new information from this site
Good luck !!
obat radang ginjal tradisional
obat kulit berjamur tradisional
obat pengapuran tulang sendi herbal
Every day we will always wait for the information you present before we say thank you .
Gejala Hernia Dan Cara Mengatasinya
Cara Alami Mengobati Bipolar Disorder Terbaik
Obat Alami Untuk Mengobati Penyakit Prostat
Obat Untuk Mengobati Batu Empedu Secara Alami
Obat Wasir Alami Paling Mujarab
Thanks for the information presented on your website
Very in waiting for other information
manfaat temulawak untuk hepatitis
daun salam untuk sakit pinggang
obat gendang telinga sakit
the news you present today is very interesting.
Cara Mengeluarkan Batu Empedu Tanpa Operasi
Makanan Pemicu Terjadinya Kanker Serviks
Cara Mengobati Mata Katarak Secara Alami
Jelly Gamat Kapsul
Buah Yang Baik Untuk Penderita Diabetes
The site is always a lot of visitors, because it presents an interesting article.
Umur Berapa Wanita Bisa Terkena Kanker Serviks ?
Penyebab Susah Buang Angin ( Kentut )
Obat Alami Untuk Mengobati Keputihan
Obat Herbal Walatra Berry Jus
Apakah Pengapuran Tulang Bisa Disembuhkan ?
very good article, I hope you always update this article every day
Pantangan Makanan Untuk Penderita Infeksi Saluran Kencing
this is the best page I've ever visited happy to be on your page I found your page from google
Cara Mengobati Kolesterol
Cara Mengobati Jantung Koroner
Thanks, the article you created is very interesting and easy to understand
http://rizkyherbal.com/obat-tbc-herbal-di-apotik/
http://rizkyherbal.com/obat-kanker-usus-besar-stadium-4-alami/
https://obatasamuratagaricpro.com/obat-gagal-ginjal-tanpa-cuci-darah/
Thank you for the information presented on this occasion.
Obat Alami Untuk Mengatasi Kutu Air
Obat Tradisional Radang Sendi
Obat Alami Untuk Mengobati Infeksi Jamur
Obat Herbal Diabetes Melitus
Thanks, your article is very helpful
https://tokoherbalnesv.blogspot.com/2018/08/nesv-herbal-solusi-masalah-kewanitaan.html
thanks for informations
https://tokoherbalnesv.blogspot.com/
We are always waiting for the latest information on this site.
Penyebab Sakit Kepalal
Obat Tonsilitis Alamil
Obat Alami Urat Syaraf Kejepitl
Penyebab Leher Kaku Dan Sakitl
Articles that are useful and easy to understand. Thanks a lot yes and good luck :-)
Obat Selulitis Herbal
Salep Oles Penyakit Panu
Obat Kista Ovarium Tradisional
Your article is very good and satisfying.
Makanan Untuk Penderita Ginjal Bocor
Nice Information.. GOOD
Cream Pencerah Wajah Remaja Aman
Produk Untuk Kulit Kusam dan Hitam Alami
6 Gejala Penyakit Kelenjar Getah Bening
Budaya Politik Dalam Bernegara
SKILL Cristiano Ronaldo 2005/2006
SEJARAH AKUNTANSI
cara mengatasi nyeri haid
pengobatan alternatif syaraf mata rusak akibat katarak
Your information is really useful. always work
Bahaya Penyakit Ginjal bocor
The information you provide is very helpful and can also be used as an experience.
Essen Ikan Lele Paling Ampuh
The article you created is very helpful. thanks
Umpan Ikan Lele Musim Hujan
Fishing is a very fun activity.
Essen Ikan Bawal Harian Paling Jitu
For those of you who like fishing, please visit our website.
Essen Ikan Tawes Air Keruh
thank you, your article was very helpful.
3 Resep Umpan Jitu Ikan Nila Dengan Campuran Essen
I really like the article that you made.
Essen Oplosan Ikan Nila Kilo Gebrus
Posting Komentar