Askep


“ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU”
LAPORAN KELOMPOK
Fasilitator : Hamidatus Daris, S. Kep., Ns

Kelompok 1 :
1.     Ika Desti Srimuryani                           12. Lailatur Rosida
2.     Lufi Ulfayanti                                      13. Siska Islamiati
3.     Nova Novitasari                                  14. Megawati
4.     Ni’matul Faizah                                   15. M. Sifaul Afif
5.     Yeni Desi R                                          16. Muhajir
6.     Tomy Syandara P                                17. Ahmad Munib
7.     Yani Fajar W                                       18. Asiatun
8.     Alvino Erick D                                      19. Syifaul Ihsan
9.     Risha Ika C                                          20. Irine Devi M
10.     Muh. Arif Jauhari                              21. Suroso Efendi
11.     Nuriyatus S


STIKES NU TUBAN PRODI S-1 KEPERAWATAN
Jalan Letda Sucipto No. 211 Tuban Telp. (0356) 325789
TAHUN AJARAN 2011/2012
KATA PENGANTAR
Pada saat terselesaikannya laporan ini tak ada yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Illahi Robbi dimana hanya atas limpahan kasih dan Rahmad-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan laporan diskusi kelompok yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Paru” dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Respiratory System 2. Laporan ini kami sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.       Ibu Hamidatus Daris S. Kep,. Ns selaku fasilitator dari kelompok 1.
2.       Kepada rekan-rekanku senasib seperjuangan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa ibarat tak ada gading yang tak retak, tentulah pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang membangun dan yang mengarah pada perbaikan pada penyempurnaan laporan ini, sangat penyusun harapkan. Semoga laporan sederhana ini bermanfaat bagi perawat khususnya dan para pembaca pada umumnya.






                                                                                                Tuban, 27 Oktober 2011
                               

                                                                          Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Masyarakat indonesia yang hidup di kota-kota besar tampaknya harus sering berlibur kekawasan udara yang masih bersih, karna dari hasil penelitian terbaru menunjukkan, mereka yang terpapar polusi udara jangka panjang terutama yang sering terpapar polusi industri dan kenalpot dapat meningkatkan resiko terkena kanker paru.paparan polusi ini sama bahayanya dengan hidup bersama dengan seorang perokok dan terkena asap rokoknya setiap hari.
Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalahkesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 % menjadi 4,5 % pada 1990. Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada penderita kanker paru pascabedah menunjukkan bahwa, rerata angka tahan hidup 5 tahunan stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan.
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru.
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif.
Pada laporan ini akan di bahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kanker paru.

1.2       Batasan Topik
1.         Jelaskan konsep dasar kanker paru!
2.         Bagaimana anatomi fisiologi kanker paru?
3.         Bagaimana patofisiologi penyakit kanker paru?
4.         Bagaimana metode pencegahan untuk menghindari kanker paru?
5.         Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kanker paru?
6.         Buatlah konsep Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan materi kemoterapi!
7.         Buatlah Standar Operasional Prosedur untuk kemoterapi!







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       KONSEP DASAR KANKER KEMOTERAPI
2.1.1 Pengertian
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. (Price, Patofisiologi, 1995)
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel–sel yang  mengalami proliferasi dalam paru. (Underwood, Patologi, 2000)
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. (WHO)
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001)
Gambaran paru pada orang sehat dan paru pada penderita kanker

2.1.2 Etiologi
Faktor utama yang mempengaruhi timbulnya kanker paru, yaitu:
q Merokok
Kanker paru berisiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari di kali jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok (semakin muda individu memulai merokok, semakin besar resiko terjadinya kanker paru).
Kandungan pada rokok:
-          Aseton digunakan untuk menghapus cat kuku
-          M-toluidin dan naftilamin merupakan bahan pembuat cat
-          Metanol merupakan bahan sepirtus bakar
-          Naftalen merupakan kapur barus
-          Kadmium dipakai pada baterai
-          Karbon monoksida merupakan gas beracub kan keluar dari knalpot
-          Viniklorida merupakan bahan baku plastik PVC
-          Polonium merupakan bahan radio aktif
-          Butan merupakan bahan bakar korek api
-          Fenol dan ammoniak merupakan bahan pembersih lantai
-          Arsen merupakan racun tikus
-          Toluen merupakan pelarut industry
-          Hidrogen sianida merupakan racun yang digunakan untuk melaksanakan hukuman mati

q Polusi udara
Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.

q Polusi lingkungan kerja
Pada keadaan tertentu karsinoma bronkogen tampaknya merupakan suatu penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang paling berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali di produksi dan digunakan pada bangunan.

q Rendahnya asupan vitamin A
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini didapatkan dari beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.

q Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
-            Proton oncogen
-            Tumor suppressor gene
-            Gene encoding enzyme

Teori Onkogenesis
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.

2.1.3   Klasifikasi Kanker Paru
Secara garis besar, jenis sel kanker dibagi atas 2 kelompok:
v   Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KBKBSK= NSCLC) yaitu sekitar 85% dari kanker paru-paru. Ada beberapa jenis NSCLC diantaranya:
       Karsinoma sel skuamosa
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
       Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
       Karsinoma sel besar
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.

v  Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = SCLC), sekitar 15 % dari kanker paru.
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul pada sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.

2.1.4   Manifestasi Klinis

Gejala umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
·       Batuk
·       Sesak napas
      Kanker paru seringkali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura), sehingga penderita mengalami sesak nafas. Jika kanker menyebar di dalam paru-paru, bisa terjadi sesak nafas yang hebat, kadar oksigen darah yang rendah dan gagal jantung.
·       Nyeri dada
      Jika tumor tumbuh ke dalam dinding dada, bisa menyebabkan nyeri dada yang menetap.
·       Radang paru atau bronkitis berulang
·       Suara serak/parau/bunyi mengi
      Karena terjadi penyempitan saluran udara di dalam atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker.

Tanda-tanda dan gejala-gejala disebabkan oleh penyebaran kanker paru pada bagian tubuh lainnya. Tergantung pada organ-organ yang dirusak.
·       Kelelahan kronis
·       Kehilangan selera makan atau turunnya berat badan
·       Sakit kepala, nyeri tulang, sakit yang menyertainya
·       Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan
·       Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau kehilangan ingatan sebagian)
·       Pembengkakan di wajah atau leher
      Kanker tumbuh di sekitar vena kava superior. Penyumbatan vena ini menyebabkan darah mengalir kembali ke atas, yaitu ke dalam vena lainnya dari bagian tubuh sebelah atas sehingga terjadi pembengkakan diwajah.

2.1.5   Pembagian Stadium Kanker Paru
Tabel  Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint Committee on Cancer.
Tumor Primer (T)
Kelenjar Limfe Regional (N)
Metastasis Jauh (M)
T0
Tidak ada tumor
N0
Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional
M0
Tidak ada metastasis jauh

Tx
Kanker yang tidak terlihat pada radiologis atau bronkoskopi
N1
Metastasis pada peribronkial dan kelenjar–kelenjar hilus ipsilateral
M1
Ada metastasis jauh
Tis
Karsinoma in situ
N2
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina


T1
Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru atau pleura viseralis yang normal
N3
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral


T2
Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus




T3
Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra




T4
Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, atau karina





Stadium
Tumor
N
M
I
T1
N0
M0
T2
N0
M0
II
T1
N1
M0
T2
N1
M0
IIIA
T3
N0
M0
IIIB
Any T
N3
M0

T4
Any N
M0
IV
Any T
Any N
M1

2.1.6   Tempat Tumbuh Kanker Paru
Kanker paru dapat menjalar kebagian tubuh lain disebabkan karena Pembuluh darah yang menjadi saluran pemindah menjalarnya kanker ke bagian tubuh yang lain.
1.             Kanker bisa tumbuh ke dalam saraf tertentu di leher, menyebabkan terjadinya sindroma Horner, yang terdiri dari:
·         Penutupan kelopak mata
·         Pupil yang kecil
·         Mata cekung
·         Berkurangnya keringat di salah satu sisi wajah
2.             Kanker di puncak paru-paru bisa tumbuh ke dalam saraf yang menuju ke lengan sehingga lengan terasa nyeri, mati rasa dan lemah. Kerusakan juga bisa terjadi pada saraf pita suara sehingga suara penderita menjadi serak.
3.             Kanker bisa tumbuh secara langsung ke dalam kerongkongan, atau tumbuh di dekat kerongkongan dan menekannya, sehingga terjadi gangguan menelan. Kadang terbentuk saluran abnormal (fistula) diantara kerongkongan dan bronki, menyebabkan batuk hebat selama proses menelan berlangsung, karena makanan dan cairan masuk ke dalam paru-paru.
4.             Kanker paru-paru bisa tumbuh ke dalam jantung dan menyebabkan:
·         Irama jantung yang abnormal
·         Pembesaran jantung
·         Penimbunan cairan di kantong perikardial.
5.             Kanker juga bisa tumbuh di sekitar vena kava superior. Penyumbatan vena ini menyebabkan darah mengalir kembali ke atas, yaitu ke dalam vena lainnya dari bagian tubuh sebelah atas:
·         Vena di dinding dada akan membesar
·         Wajah, leher dan dinding dada sebelah atas (termasuk payudara) akan membengkak dan tampak berwarna keunguan.
Keadaan ini juga menyebabkan sesak nafas, sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing dan perasaan mengantuk. Gejala tersebut biasanya akan memburuk jika penderita membungkuk ke depan atau berbaring.
6.             Kanker paru-paru juga bisa menyebar melalui aliran darah menuju ke hati, otak, kelenjar adrenal dan tulang. Hal ini bisa terjadi pada stadium awal, terutama pada karsinoma sel kecil. Gejalanya berupa gagal hati, kebingungan, kejang dan nyeri tulang; yang bisa timbul sebelum terjadinya berbagai kelainan paru-paru, sehingga diagnosis dini sulit ditegakkan.

2.2       ANATOMI DAN FISIOLOGI KANKER PARU
§        Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.


§        Anatomi sistem pernafasan

·           Saluran pernafasan bagian atas
a)        Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru.
b)        Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
c)         Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

·           Saluran pernafasan bagian bawah
a)        Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.
b)        Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
c)         Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
d)        Paru-paru
Keterangan Gambar
a.     Saluran napas
b.     Jantung
c.       Kantung udara

Paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan (respirasi) yaitu proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas, melalui saluran napas (bronkus) dan sampai di dinding alveoli (kantong udara) O2 akan ditranfer ke pembuluh darah yang di dalamnya mengalir antara lain sel sel darah merah untuk dibawa ke sel-sel sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energi dalam proses metabolisme. Pada tahap berikutnya setelah metabolisme maka sisa-sisa metabolisme itu terutama karbondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara bebas melalui paru pada saat membuang napas. Karena fungsinya itu dapat dipahami bahwa paru paling terbuka dengan polusi udara yang diisap termasuk asap rokok yang dihisap dengan penuh kesengajaan itu. Berbagai kelainan dapat menganggu sistem pernapasan itu, antara lain udara berpolusi sehingga kadar O2 sedikit, gangguan di saluran napas/paru, jantung atau gangguan pada darah.
Secara khusus dikatakan paru adalah tempat tubuh mengambil darah bersih (kaya O2) dan tempat pencucian darah yang berasal dari seluruh tubuh (banyak mengandung CO2) sebelum ke jantung untuk kembali diedarkan ke seluruh tubuh.
Secara umum gangguan pada pada saluran napas dapat berupa sumbatan pada jalan napas (obstruksi) atau gangguan yang menyebabkan paru tidak dapat kembang secara sempurna (restriktif). Tumor yang besar di paru dapat menyebabkan sebagian paru dan/saluran napas kolaps, sedangkan tumor yang terdapat dalam saluran napas dapat menyebabkan sumbatan pada saluran napas. Tumor yang menekan dinding dada dapat menyebabkan kerusakan/destruksi tulang dinding dada dan menimbulkan nyeri. Cairan di rongga pleura yang sering ditmukan pada kanker paru juga menganggu fungsi paru.

·           Fisiologi sistem pernafasan
                                Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
¨         Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2) secara keseluruhan.
¨         Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu :
          Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
          Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
          Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.

2.3       PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat  berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.


2.4       ASPEK LEGAL ETIK PENATALAKSANAAN KANKER PARU
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a.    Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b.    Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c.     Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d.    Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1.    Pembedahan
Hanya dilakukan untuk KPKBSK staging I atau II atau untuk pengobatan paliatif yaitu pada kondisi mengancam nyawa misal batuk darah masif, gawat napas yang mengancam jiwa, atau nyeri hebat. Bedah yang dilakukan adalah dengan membuang 1 lobus paru (kadang lebih) tempat ditemukannya tumor dan juga membuang semua kelenjar getah bening mediastinal. Diagnosis sebelum bedah mungkin saja akan berubah setelah bedah. Hal itu terjadi karena keterbatasan alat bantu diagnosis atau penyakit telah berkembang selama putusan bedah dilakukan. Akibatnya mungkin saja setelah bedah pasien harus mendapat radiasi atau kemoterapi segera setelah luka operasinya sembuh.
Pada kasus khusus misal dengan penyebaran kepala dan hanya ditemukan 1 tumor di otak dan mengganggu kualiti hidup pasien dapat dilakukan pembuangan tumor di kepala dengan bedah. Di Indonesia (Jakarta) telah dapat melakukan terapi tampa pembedahan di kepala dengan menggunakan cyber knife.


2.    Radioterapi
Radioterapi atau iradiasi diberikan pada staging III dan IV KPKBSK, dapat diberikan tunggal untuk mengatasi masalah di paru (terapi lokal) atau gabungan dengan kemoterapi. Pasien yang diputuskan akan mendapat radioterapi akan dirujuk dokter spesialis paru ke dokter spesialis radioterapi dan akan kembali ke dokter semula jika terapi tidak memberikan respons atau radioterpai telah selesai atau muncul efek samping akibat radioterapi itu.
Radioterapi dapat diberikan jika sistem homeostatik (HB, jumlah sel darah putih atau leukosit dan trombosit darah) baik. Radioterapi biasanya diberikan 5 hari dalam seminggu dengan dosis rata rata 200 cGy perhari hingga dosis 5000 – 6000 cGy. Sinar yang diberikan tergantung pada alat yang ada di rumah sakit, misalnya COBALT atau LINAC Evaluasi efek samping dilakukan setiap setelah pemberian 5x (1.000 cGy) jika ada gangguan radiasi akan dihentikan sementara, misal HB < 10 gr%. Leukosit < 3000/dl atau trombosit < 100.000/dl. Dokter akan melakukan koreksi dan jika telah memenuhi syarat maka radiasi dapat dilakukan.kembali.
Untuk melihat respons radiasi dokter akan melakukan foto toraks setiap setelah radiasi diberikan 10X (2.000 cGy) . Jika pada penelian respons positif (tumor mengecil atau menetap) maka radiasi dapat diteruskan, tetapi jika respons negatif (tumor membesar atau tumbuh yang baru) radiasi harus dihentikan.
Radioterapi juga dapat diberikan pada lokasi bukan tumor primer, misalnya radiasi kepala jika tumor telah menyebar ke kepala, radiasi tulang jika tumor telah menyebar ke tulang. Untuk kasus KPKSK radiasi kepala harus diberikan setelah kemoterapi selesai diberikan 6 siklus.
3.    Kemoterapi
Kemoterapi adalah memberikan obat anti-kanker pada pasien dengan cara diinfuskan. Pada kemoterapi diberikan lebih dari 1 jenis obat antikanker dan biasanya 2 macam, tujuannya agar lebih banyak sel kanker yang dapat dibunuh dengan jalur yang berbeda. Pemberian kemoterapi harus dilakukan di rumah sakit karena diberikan dalam prosedur tertentu atau ptotokol yang berbeda tergantung pada jenis obat anti-kanker yang digunakan.
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru dan tujuannya bukan hanya membunuh sel kanker pada tumor primer tetapi juga mengejar sel kanker yang menyebar di tempat lain. Kemoterapi adalah pilihan terapi untuk KPKSK dan KPKBSK stage III/IV.
Pemberian kemoterapi memerlukan beberapa syarat antar lain kondisi umum pasien baik yaitu masih dapat melakukan aktiviti sendiri, fungsi hati, fungsi ginjal dan fungsi hemostatik (HB, jumlah sel darah putih atau lekosit dan jumlah trombosit darah) harus baik. Kemoterapi dihitung dengan siklus pemberian yang dapat dilakukan setiap 21 – 28 hari setiap siklusnya.
Efek samping kemoterapi kadang sangat mengganggu, misalnya rontoknya rambut s/d botak, mual muntah, semutan, mencret dan bahkan alergi. Efek samping itu tidak sama waktu muncul dan berat ringannya pada setiap orang dan juga tergantung pada jenis obat yang digunakan. Efek samping lain yang dapat menganggu proses pemberian adalah gangguan fungsi hemostatik HB < 10 gr%. Leukosit < 3.000/dl atau trombosit < 100.000/dl. Efek samping dinilai sejak mulai kemoterapi I diberikan. Efek samping yang berat dapat menghentikan jadwal pemberian, dokter akan mengkoreksi efek samping yang muncul dengan memberikan obat dan tranfusi darah jika perlu.
Evaluasi hasil kemoterapi dinilai minimal setelah 2 siklus pemberian (sebelum kemoterapi III diberikan) yang dapat merupa respons subyektif yaitu apkah BB meningkat atau keluhan berkurang dan foto toraks untuk melihat kelainan di paru. Evaluasi dengan menggunakan CT-scan toraks dilakukan setelah pemberian 3 siklus ( sebelum pemberian kemoterapi IV). Jika pada penelian tumor hilang (komplit respons) mengecil sebagian (respons partial) atau tumor menetap tapi respons subyektif baik maka kemoterapi dapat diterudskan samapi 4 – 6 siklus. Tetapi jika pada evaluasi terjadi perburukan misalnya tumor membesar atau tumbuh tumor yang baru, kemoterapi harus dihentikan dan diganti dengan jenis obat anti-kanker yang lain.
4.    Targeted.therapy
Pada banyak kondisi pasien tidak dapat memenuhi syarat untuk dilakukan pembedahan, radioterapi atau kemoterapi maka dapat ditawarkan pemberian obat golongan baru dengan mekanisme kerja yang telah teruji dikenal dengan istilah targeted therapy. Obat golongan ini diberikan 1x perhari dengan cara diminum. Sampai saat ini anjuran penggunaan targeted therapy untuk kanker paru adalah sebaiknya setelah kemoterapi diberikan kecuali pada kasus kasus pilihan terapi utama tidak dapat dilakukan.

CATATAN PENTING
·       Pengobatan kanker paru bukan hanya tergantung pada jenis dan staging tetapi pada kondoisi umum pasien. Dapat terjadi semua memenuhi syarat kecuali kondosi umum maka dokter tidak akan memberikan pilihan terapi apapun lagi.
·       Pengobatan lain yang diberikan adalah obat obat penghilang gejala taua simptomatis, obat obatn itu sebaiknya dengan resep dokter spesilais yang merawat karena menerlukan perubahan sesuai kondosi pasien.
·       Selama pengobatan standar pasien sangat dianjurkan memakan dengan komposisi seimbang karena tidak ada larangan khusus untuk itu kecuali karena penyakit lain. Mengkonsumsi vitamin, banyak sayuran dan buahan dalah baik sekali.

2.5       TAHAP PENCEGAHAN KANKER PARU
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah penyakit kanker paru-paru di kenal tiga tahap pencegahan, yaitu sebagai berikut:
1)    Pencegahan primer (Health promotion dan spesific protection)
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit Adapun kiat-kiat yang dilakukan untuk pencegahan primer pada kanker paru-paru diantaranya adalah menghentikan kebiasaan merokok yang sudah berlangsung dan mencegah bukan perokok menjadi perokok. Pencegahan atau pengurangan merokok dapat juga ditempuh melalui penerapan kebijaksanaan dan regulasi tentang rokok. Pencegahan lainnya adalah menghindari pajanan dari bahan-bahan lain yang bersifat karsinogenik. Efek yang diharapkan dari pencegahan primer adalah mengurangi insidensi penyakit kanker paru-paru.
2)    Pencegahan sekunder (Early diagnosis,prompt treatment,dan disability limitation)
Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu sudah mulai sakit. Adapun kiat-kiat yang dilakukan untuk pencegahan sekunder pada kanker paru-paru diantaranya adalah mengadakan deteksi dini, kemoterapi pencegahan (chemoprevention) dan mironutrisi. Kanker paru dini secara praktis adalah kanker paru dengan ukuran 1-2 cm, masih termasuk stadium satu dan pada kasus tersebut pembedahan masih dapat dilaksanakan. Hasil yang diharapkan dari pencegahan sekunder adalah penurunan prevalensi kanker paru.
3)    Pencegahan tersier (Rehabilitation)
Pada proses ini diusahakan agar cact yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik,mental, dan sosial. Usaha-usaha yang dilakukan pada tahap tersier (rehabilitation) adalah sebagai berikut :
·        Pada masa penyembuhan dan pengobatan si penderita diberi kekutan rohani sesuai dengan kepercayaan si penderita
·        Dukungan keluarga atau seseorang yang disayangi terhadap penderita
·        Sering mengajak penderita berkomunikasi atau berbagi cerita ketika penderita sudah boleh diajak bicara
·        Kunjungan sanak saudara atas kepedulian si penderita


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Pemicu
Ny. S berusia 45 tahun, mengalami batuk darah disertai nyeri dada dan sesak napas. Dokter memutuskan untuk melakukan endoskopi dan pemeriksaan sitologi. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan sel kanker yang telah menyebar ke seluruh lapang paru. Pada akhir tindakan, dokter memutuskan bahwa Ny. S harus segera dilakukan tindakan kemoterapi yang di delegasikan kepada perawat yang telah ahli.
    Dalam memasukkan obat-obat kemoterapi, perawat harus menggunakan standar precaution untuk perlindungan dari radiasi obat kemoterapi.

3.1          Pengkajian
                    I.          Identitas
1.         Nama                                    : Ny. S
2.         Jenis kelamin                     : Perempuan
3.         Umur                                     : 45 tahun
4.         Status perkawinan           : Menikah
5.         Pendidikan                          : SMP
6.         Suku/Bangsa                                      : Indonesia
7.         Alamat                                  : Jl. Pramuka No. 08 Tuban
8.         Pekerjaan                            : Ibu rumah tangga
9.         Sumber informasi            : Klien dan Keluarga
               II.            Keluhan Utama/Alasan Masuk RS : Batuk berdahak
           III.              Riwayat Keperawatan
       Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah mengalami demam, flu, dan batuk –batuk ringan. Bila demam, flu atau batuk-batuk biasa beli obat di apotik. 2 tahun lalu klien mengalami batuk berdahak dan nyeri dada. Kemudian klien pergi ke RS dan dokter mengatakan klien menderita bronkitis akut.  Setelah obat  jalan selama 2 bulan, klien di nyatakan sembuh.
       Riwayat Penyakit Sekarang
       P : Pajanan asap rokok dan faktor genetik
       Q : Rasa nyeri mulai timbul  9 bulan yang lalu, nyerinya semakin ditusuk-tusuk terasa 3 bulan yang lalu disertai batuk-batuk berdahak. Sesak 2 minggu yang lalu kemudian batuk berdahak disertai darah sejak 1 minggu yang lalu
       R : Batuk berdarah dirasa semakin berat 1 hari SMRS
       S : Pola aktifitas sehari-hari klien terganggu karena nyeri yang datang mendadak mengakibatkan klien harus banyak beristirahat terutama setelah adanya batuk darah
       T : Sesak dan nyeri semakin meningkat di sertai batuk-batuk terutama saat klien tidur terlentang
       Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa dulu ketika klien masih kecil ayah klien pernah  menjalani operasi karena tumor paru kanan. Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami sakit batuk-batuk selama satu tahun terakhir. Suami klien adalah seorang perokok yang sehari menghabiskan 15 batang rokok.
           IV.              Observasi dan Pemeriksaan Fisik
·           Keadaan Umum :
       Wajah tampak pucat
       Malaise
       BB menurun
·           TTV :
       S : 380C
       N : 110x/menit        
       TD : 150/90 mmHg
       RR : 24 x/menit
       Body System
a.    Pernapasan (B1)
        Inspeksi : Pernafasan cepat, klien sesak nafas, menggunakan otot bantu nafas. Ada cyanosis pada bibir dan dasar kuku, warna kulit agak pucat.
        Palpasi : Taktil fremitus menurun.
        Perkusi : Hyperresonan pada area paru.
        Auskultasi : Ditemukan bunyi stridor lokal dan wheezing.
b.   Cardiovaskuler (B2)
·           Inspeksi : Adanya obstruksi vena kava. Adanya clubbing finger.
·           Palpasi : Teraba ictus cordis pada ics 5 mid sternal kiri. Capillary Refill Time lebih dari 3 detik. Ada palpitasi. Peningkatan denyut jantung.
·           Perkusi : Pekak pada area jantung.
·           Auskultasi : Ada gesekan perikardial.
c.    Persyarafan (B3)
       Kesadaran menurun, wajah simetris.
       Bentuk mata simetris, pupil ukuran 2 mm isokor, reflek pupil dan reflek kornea normal.
       Persepsi sensori
o      Tidak ada gangguan pendengaran
o      Fungsi penciuman normal
o      Fungsi pengecapan normal, dapat membedakan rasa manis, asin, pahit
o      Fungsi penglihatan baik
o      Tidak ada gangguan fungsi perabaan, bisa membedakan panas dan dingin
d.   Perkemihan (B4)
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e.   Pencernaan (B5)
        Klien mual, nyeri lambung dan menyebabkan klien tidak nafsu makan. Peristaltik meningkat menyebabkan klien sering BAB, diare yang hilang timbul, adanya gangguan menelan akibat invasi sel kanker ke kerongkongan.
        Abdomen simetris bilateral, datar dan warna sama dengan kulit sekitarnya, adanya nyeri tekan.
f.     Tulang-Otot-Integumen (B6)
·      Karena pengguanaan otot bantu nafas yang lama klien terlihat kelelahan, didapatkan intoleransi aktifitas dan gangguan pemenuhan ADL.       
·      Kulit : Warna kulit sawo matang, pucat, tidak ada bekas perlukaan, peradangan maupun edema.
             V.              Pemeriksaan Penunjang
v  Pemeriksaan Radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik meski dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
v  Bronkoskopi
                Adalah teknik yang paling baik dalam mendiagnosis karsinoma sel skuamosa yang biasanya terletak di daerah sentral paru. Pelaksanaan bronkoskopi yang paling sering adalah menggunakan bronkoskopi serat optik. Tindakan memungkinkan visualisasi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
v  Pemeriksaan Sitologi
                Pemeriksaan sitologi sputum dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranan penting dalam menegakkan diagnosis kanker paru.
v  Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
                Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
v  Biopsy Jarum
Pengambilan sampel jaringan/cairan dengan cara di sedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan sebagai panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai massa/lokasi yang diinginkan.
v  Biopsy Jarum dengan bantuan Endoskopi
                Prinsipnya sama yaitu pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh seperti saluran pencernaan, pernapasan  dan kandungan.


ª         ANALISA DATA
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
Ds :
-          Klien mengeluh batuk darah disertai nyeri dada dan sesak napas

Do :
ü  TTV :
S : 380C
N : 110x/menit
TD : 150/90 mmHg
RR : 24 x/menit
ü  Dari hasil pemeriksaan endoskopi dan sitologi didapatkan sel kanker yang telah menyebar ke seluruh lapang paru
Faktor predisposisi inhalasi zat karsinogen dari asap rokok

Perubahan epitel termasuk metaplasia, hiperplasia dan displasia sel-sel ganas

Kanker paru

Massa tumor dalam bronkus

Bronkospasme

Penurunan ekspansi paru
 

Kerja napas meningkat

Dyspnea
 

Kerusakan pertukaran gas
Kerusakan pertukaran gas

3.2       Diagnosa Keperawatan
Kerusakan pertukaran gas b.d spasme bronkus.
3.3       Intervensi & Implementasi Keperawatan
Diagnosa
Intervensi
Rasional
Implementasi
Kerusakan pertukaran gas b.d spasme bronkus

Tujuan :
-   Pertukaran gas kembali efektif dalam waktu 1x24 jam

Kriteria hasil :
-   TTV dalam batas normal
-   Menunjukkan ventilasi yang adekuat
-   Oksigenasi adekuat
-   Perbaikan distress pernapasan
-     Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu dan napas melalui mulut. Auskultasi paru untuk penurunan bunyi napas dan adanya bunyi tambahan krekels.
-     Observasi perfusi daerah akral dan sianosis (daun telinga, bibir, lidah, dan membran lidah).
-     Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
-     Kaji tingkat kesadaran.
-     Kaji toleransi aktivitas.
Kolaborasi:
·      Berikan oksigen dengan metode yang tepat
-     Takipnea dan dispnea menyertai obstruksi paru. Area yang tak terventilasi dapat diidentifikasikan dengan tak adanya bunyi napas.
-     Menunjukkan hipoksemia sistemis.
-     Meningkatkan ekspansi dada maksimal sehingga membuat mudah bernapas dan meningkatkan kenyamanan klien.
-     Hipoksemia sistemik dapat ditunjukkan pertama kali oleh gelisah disertai penurunan kesadaran.
-     Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnea berat, takikardi, dan disritmia.
-     Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas.
Rabu, 26 Oktober 2011
-       Mencatat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu dan napas melalui mulut. Mengauskultasi paru untuk penurunan bunyi napas dan adanya bunyi tambahan krekels.
-       Mengobservasi perfusi daerah akral dan sianosis (daun telinga, bibir, lidah, dan membran lidah).
-       Meninggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
-       Mengkaji tingkat kesadaran.
-       Mengkaji toleransi aktivitas.
-       Memberikan oksigen dengan metode yang tepat.

3.4       Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
Tanggal
SOAP
Kerusakan pertukaran gas b.d spasme bronkus
27 Oktober 2011
Jam 10.00
S :
    Klien mengatakan masih batuk disertai nyeri
    Klien mengatakan tidak bisa tidur semalaman karena sesak
O :
    Klien tampak meringis dan gelisah
    Klien terlihat memegang dada saat batuk
    Frekuensi pernafasan 22x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutksan intervensi




BAB IV
KONSEP SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan                  :  Kemoterapi
Sub Pokok Bahasan          :  Pengenalan Kemoterapi                                                                                                                                                   
Waktu                                   :  Pukul  07.3008.30
Hari/tanggal                       : Kamis/27 Oktober 2011
Tempat                                :  Poli Paru RSNU, Tuban
Sasaran                                :  Klien dan keluarga di Poli paru
Penyuluh                             : Mahasiswa STIKES NU Tuban Semester 3
---------------------------------------------------------------------------------------------------
A.    Tujuan Instruksional
1.    Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapat penyuluhan tentang kemoterapi selama 30 menit, diharapkan peserta mengerti tentang pengobatan dengan kemoterapi.
2.    Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta mampu :
1)      Menjelaskan tentang pengertian kemoterapi
2)      Menjelaskan waktu pemberian kemoterapi
3)      Menyebutkan cara pemberian obat pada kemoterapi
4)      Menjelaskan seberapa sering dan berapa kali kemoterapi diberikan
5)      Menyebutkan syarat-syarat memberikan kemoterapi
6)      Menyebutkan efek samping kemoterapi
7)      Menjelaskan pencegahan efek samping kemoterapi
8)      Menyebutkan makanan/minuman yang perlu dihindari saat menjalani kemoterapi
9)      Menyebutkan makanan/minuman yang dianjurkan saat menjalani kemoterapi

B.    Metode belajar
  1. Ceramah
  2. Tanya jawab
  3. Brain storming

C.    Alat dan Media
  1. Laptop dan LCD
  2. Flipchart
  3. Leaflet

D.      Kegiatan Penyuluhan
No
Waktu
Kegiatan Penyuluh
Respon Peserta
1
5 menit
Pembukaan
1.       Menyampaikan salam pembuka
2.       Memperkenalkan diri
3.       Menyampaikan tujuan penyuluhan
Membalas salam
Memperhatikan
2
30 menit
a)         Penyampaian Materi, tentang: Pengertian, waktu pemberian, cara pemberian, seberapa sering dan berapa kali, syarat-syarat pemberian, efek samping, pencegahan efek samping, makanan yang perlu di hindari dan yang di anjurkan pada kemoterapi
b)        Pemberian kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya
c)         Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan yang berkaitan dengan materi

1)      Memperhatikan penjelasan dan demonstrasi dengan cermat
2)      Menanyakan hal yang belum jelas
3)      Memperhatikan jawaban penyuluhan



3
15 menit
Penutup
1.       Tanya jawab (evaluasi)
2.       Menyimpulkan hasil penyuluhan
3.       Mengakhiri kegiatan
4.       Mengucapkan salam
5.       Membagikan leaflet
1. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab
2. Menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan.
3. Mendengarkan dan membalas salam

E.       Pengorganisasian dan Job Discription
1. Pembimbing          : Hamidatus Daris, S. Kep. Ns                                       
2. Moderator              : Syifa’ul Ihsan
    Job Discription       : Membuka  dan menutup kegiatan
                                           Membuat susunan acara dengan jelas
                                           Memimpin jalannya kegiatan
3. Penyaji                     : Muhajir
    Job Discription       :  Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas
4. Observer                 : M. Syifa’ul Afif
   Job Discription        : Membuat resume kegiatan Penyuluhan
5. Fasilitator                                : 1) Ika Desti Srimuryani
                                  2) Ahmad Munib
Job Discription         : Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
                                                  Memotivasi audience untuk bertanya
                                                  Menanggapi pertanyaan audience

F.       Kritera Evaluasi
1.       Evaluasi struktur
1)      Klien dan keluarga di Poli paru RSNU Tuban.
2)      Penyelenggaraan penyuluhan di Poli paru RSNU Tuban.
3)      Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh Mahasiswa STIKES NU semester 3.
4)      Kontrak waktu dilakukan 1 hari sebelum Penyuluhan dan 15 menit sebelum pelaksanaan Penyuluhan.
2.       Evaluasi proses
1)      Peserta  antusias terhadap materi penyuluhan.
2)      Peserta  mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3)      Peserta  mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4)      Peserta  berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing.
3.       Evaluasi hasil :
1)      Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian kemoterapi.
2)      Peserta mampu menjelaskan waktu pemberian kemoterapi.
3)      Peserta mampu menyebutkan cara pemberian obat pada kemoterapi.
4)      Peserta mampu menjelaskan seberapa sering dan berapa kali kemoterapi diberikan.
5)      Peserta mampu menyebutkan syarat-syarat memberikan kemoterapi.
6)      Peserta mampu menyebutkan efek samping kemoterapi.
7)      Peserta mampu menjelaskan pencegahan efek samping kemoterapi.
8)      Peserta mampu menyebutkan makanan/minuman yang perlu dihindari saat menjalani kemoterapi.
9)      Peserta mampu menyebutkan makanan/minuman yang dianjurkan saat menjalani kemoterapi.


MATERI PENYULUHAN
      I.     APA ITU KEMOTERAPI?
Kemoterapi adalah pemberian obat anti kanker yang bertujuan untuk membunuh sel kanker.

    II.     KAPAN KEMOTERAPI HARUS DIBERIKAN? SEBELUM ATAU SESUDAH OPERASI?
1.         Kemoterapi diberikan sesudah operasi
Tujuannya adalah menghancurkan sel-sel kanker yang sudah terlanjur menyebar tetapi belum memberikan gejala.
2.         Kemoterapi diberikan sebelum operasi
Tujuannya adalah untuk membuat kanker yang sangat besar sehingga berbahaya bila dioperasi menjadi lebih kecil sehingga memungkinkan untuk dilakukan operasi.

  III.     BAGAIMANA CARA MEMBERIKAN KEMOTERAPI?
Kemoterapi biasanya diberikan melalui suntikan yang masuk ke dalam aliran darah. Tetapi beberapa jenis kemoterapi juga bisa diberikan dengan cara diminum.

 IV.     SEBERAPA SERING DAN BERAPA KALI KEMOTERAPI AKAN DIBERIKAN?
Seberapa sering kemoterapi diberikan tergantung dari jenis obat dan jumlah obat yang digunakan.
Umumnya kemoterapi diberikan tiap 3-4 minggu antara 4-6 kali.

   V.     APAKAH SYARAT-SYARAT MEMBERIKAN KEMOTERAPI?
Kemoterapi adalah obat yang beresiko menimbulkan efek samping yang berat. Oleh karena itu syarat untuk memberikan kemoterapi keadaan pasien harus baik dan tidak didapatkan gangguan pada hati, darah dan ginjal.
Untuk memastikan penderita dalam kondisi memenuhi syarat untuk diberikan kemoterapi, setiap kali sebelum kemoterapi diberikan, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap pasien.


VI.              APAKAH EFEK SAMPING KEMOTERAPI?
Ada banyak efek samping kemoterapi, tetapi efek samping yang paling sering dijumpai adalah :
·           Mual/muntah
·           Kurang darah
·           Rambut rontok
Jenis efek samping yang timbul tergantung dari jenis obat yang digunakan.

VII.              APAKAH EFEK SAMPING KEMOTERAPI DAPAT DIHINDARI/DICEGAH?
§   Mual dan muntah dapat dicegah dengan cara memberikan obat sebelum dan sesudah kemoterapi
§   Kurang darah sulit dicegah tetapi dapat diobati dengan obat-obat tertentu
§   Kerontokan rambut tidak dapat dicegah, tetapi rambut akan tumbuh kembali sekitar 3 – 6 bulan sesudah kemoterapi selesai.

VIII.              APAKAH ADA MAKANAN/MINUMAN YANG PERLU DIHINDARI SAAT MENJALANI KEMOTERAPI?
Selama menjalani kemoterapi sebaiknya menghindari makanan-makanan yang terlalu asam atau pedas, karena makanan ini akan menambah mual dan dapat memperberat luka pada lambung yang terjadi akibat pemberian kemoterapi. Demikian pula karena alasan yang sama, hindari minuman yang mengandung soda atau alkohol.

  IX.     APAKAH ADA MAKANAN/MINUMAN YANG DIANJURKAN SAAT MENJALANI PROGRAM KEMOTERAPI?
Selama menjalani program kemoterapi penderita dianjurkan untuk tetap mengkonsumsi menu 4 sehat 5 sempurna. Apabila terasa mual, ubah pola makan dengan porsi kecil tapi dilakukan lebih sering. Makan cukup sayur dan buah akan membantu mengurangi kemungkinan terjadinya kurang darah. Selain itu juga dianjurkan untuk banyak minum, terutama dengan meminum larutan yang banyak mengandung elektrolit, contohnya mizone dan pocari sweat.


DAFTAR HADIR PESERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN DI BALAI WARGA KELURAHAN KAYU PUTIH
TANGGAL 27 OKTOBER 2011

NO
NAMA
ALAMAT
TANDA TANGAN





















LEMBAR OBSERVASI
KRITERIA STRUKTUR
KRITERIA PROSES
KRITERIA HASIL
1.       Peserta hadir ditempat penyuluhan 15 menit sebelum acara dimulai (    )
2.       Penyelenggaraan Penyuluhan dilakukan di Balai warga Kelurahan Kayu Putih (      )
3.        Pengorganisasian dilaksanakan sebelum penyuluhan (      )
 1.  Masing-masing anggota Tim bekerja  sesuai dengan tugas :
a. Moderator
 - Membuka kegiatan (   )
 - Tidak berbelit-belit (    )
- Susunan acara jelas (    )
b. Penyaji
- Komunikatif (    )
- Menyampaikan isi dengan jelas (   )
- Sesuai/tepat waktu (    )
c. Demonstran
- Persiapan alat dan bahan (   )
- Persiapan penderita (    )
-Pemberian obat sesuai prosedur(    )
d. Fasilitator
-  membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan (  )
-  Memotivasi audience untuk  bertanya(    )
-  Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan audience   (    )
2.Peserta antusias terhadap materi penyuluhan yang diberikan, serta peserta yang terlibat aktif dalam penyuluhan 50 % dari yang hadir.(    )
3.Peserta Tidak ada yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai (    )
1.Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tentang :
1)   Pengertian kemoterapi.
2)   Pemberian kemoterapi.
3)   Cara pemberian obat pada kemoterapi.
4)   Seberapa sering dan berapa kali kemoterapi diberikan.
5)   Syarat-syarat memberikan kemoterapi.
6)   Efek samping kemoterapi.
7)   Pencegahan efek samping kemoterapi.
8)   Makanan/minuman yang perlu dihindari saat menjalani kemoterapi.
9)   Makanan/minuman yang dianjurkan saat menjalani kemoterapi.

BAB V
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
 



STIKES
Nahdlatul Ulama Tuban

STANDARD OPERATING PROSEDUR ( S O P)
KEMOTERAPI



PROTAB
No. Dokumen :
No. Revisi : -
Halaman :
Tanggal Terbit :

Ditetapkan
Ketua STIKES NU Tuban


(H. Miftahul Munir, SKM. M.Kes)
NIP. 19710412 1997303 1 004
Pengertian
Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
Tujuan
1.       Menurunkan ukuran kanker sebelum operasi
2.       Merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi
3.       Mengobati beberapa macam kanker darah
4.       Menekan jumlah kematian penderita kanker tahap dini
5.       Menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara waktu
6.       Meringankan gejala
7.       Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker
Indikasi
·         Adanya sel karsinoma dalam organ tubuh
Petugas
Perawat ahli kemoterapi
Persiapan alat
1.       Obat sitostatika
2.       Cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit
3.       Pengalas plastik dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
4.       Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu
5.       Spuit disposible (5cc, 10cc, 20cc, 50cc)
6.       Infus set dan vena kateter kecil
7.       Alkohol 70% dengan kapas steril
8.       Bak spuit besar
9.       Label obat
10.   Plasttik tempat pembuangan bekas
11.   Kardex (catatan khusus)
Prosedur
A.      Tahap PraInteraksi
1.       Mengecek program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat sebelumnya
2.       Mencuci tangan
3.       Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat
4.       Menyiapkan alat

B.      Tahap Orientasi
1.       Memberikan salam dan sapa nama pasien
2.       Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3.       Menanyakan persetujuan/kesiapan (inform concent) pasien maupun keluarga

C.      Tahap Kerja
§      Persiapan Obat
1.       Perawat mencuci tangan
2.       Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain
3.       Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu
4.       Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit
5.       Sebelum membuka ampul, pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada puncak ampul
6.       Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan terkontaminasi dengan kulit
7.       Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup dengan tidak mengambil 2 kali
8.       Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa steril diujung jarum spuit
9.       Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9% atau D5% dengan volume cairan yang telah ditentukan
10.   Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam flabot atau botol infus
11.   Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau dengan syringe pump
12.   Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan
13.   Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan
§      Pemberian Obat
1.       Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian
2.       Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata, sarung tangan dan sepatu
3.       Lakukan teknik aseptik dan antiseptik
4.       Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse
5.       Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara intra vena)
6.       Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%
7.       Beri obat kanker secara perlahan-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program
8.       Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 09%
9.       Semua alat yang sudah di pakai dimasukkan ke dalam kantong plastik dan di ikat  serta diberi etiket
10.   Buka gaun, topi, masker, kacamata kemudian rendam dengan detergent
11.   Bila disposible masukkan dalam kantong plastik kemudian di ikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator/bakaran

D.      Tahap Terminasi
1.       Melakukan evaluasi tindakan
2.       Berpamitan dengan klien
3.       Membereskan alat
4.       Mencuci tangan
5.       Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Referensi




KESIMPULAN

Mayoritas penyebab utama kanker paru-paru disebabkan karena merokok. Meningkatnya penyakit kanker paru-paru pada umumnya masyarakat tidak segera melakukan diagnosa dini. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan prognosis. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi. Pencegahan kanker paru dapat dilakukan dengan cara primer, sekunder, dan tersier. Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor. Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa. Asuhan keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat pada peningkatan ventilasi dan reekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem drainage tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri, meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap perdarahan dan emfisema subkutan. Peranan keluarga dalam usaha pencegahan penyakit sangat diutamakan.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.